Perjalanan Pendidikan Indonesia yang Memerdekakan (2024)

Ruang Kelas

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat foto

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembentukan peradaban manusia. Perjalanan pendidikan nasional merupakan landasan penting dalam membentuk keberhasilan berdirinya suatu bangsa. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan budaya dan keberagaman, telah melalui perjalanan panjang dalam memerdekakan sistem pendidikan untuk mencapai kemandirian dan kemajuan. Pendidikan diharapkan menjadi sistem yang dapat menghargai dan memahami peserta didik menjadi manusia yang merdeka.

Sistem pendidikan nasional Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan seiring berjalannya waktu. Dari awal kemerdekaan hingga sekarang, upaya pembebasan pendidikan dari belenggu kolonialisme telah menjadi poin utama. Perjuangan untuk mengubah kurikulum yang lebih relevan dengan nilai-nilai lokal dan kebutuhan bangsa menjadi sebuah terobosan yang memerdekakan pikiran. Melihat perjalanan pendidikan nasional ini tidak luput dari jerih payah pemikiran dan keinginan Ki Hadjar Dewantara dalam melepas belenggu pendidikan dari kolonialisme. Keinginannya tentang hak pendidikan yang merata bagi semua anak bangsa telah membentuk fondasi yang kokoh dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.

Sebelum kemerdekaan, perjalanan pendidikan nasional Indonesia dipengaruhi oleh berbagai kebijakan kolonial yang cenderung mengekang akses pendidikan bagi masyarakat pribumi. Pada awal abad ke-20, perjalanan pendidikan nasional Indonesia sebelum kemerdekaan ditandai oleh dominasi sistem pendidikan kolonial Belanda yang diskriminatif. Sebagian besar lembaga pendidikan pada periode ini didirikan untuk kepentingan kolonial, dengan fokus pada pendidikan tinggi untuk kalangan priyayi dan orang-orang Belanda yang nantinya dipersiapkan menjadi pegawai yang setia kepada pemerintahan Belanda. Dalam perkembangan pendidikan nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara melakukan gerakan transformasi yang memengaruhi sistem pendidikan hingga saat ini.

Pada tahun 1920, Ki Hadjar Dewantara memulai langkah perubahan radikal dalam melawan belenggu kolonialisme dengan cara memperjuangkan hak berpendidikan bagi para pribumi. Sampai pada tahun 1922 perubahan tersebut mulai mendapatkan titik terang dengan berdirinya Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta sebagai alternatif pendidikan yang membebaskan dari hegemoni kolonial. Lembaga ini bertujuan memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi jelata Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang Belanda. Taman Siswa menanamkan rasa kebangsaan pada anak didiknya. Metode pendidikannya merupakan pengajaran yang berfokus untuk pengembangan budi pekerti, potensi diri, membangun keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas, dan berketerampilan. Selain itu, Taman Siswa juga menggunakan sistem pendidikan yang berpusat dengan kebudayaan nasional dan menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa utama dalam pembelajaran.

Berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara, gagasan yang dikemukakan memiliki penjelasan bahwa pendidikan berpusat pada nilai humanis yaitu pendidikan memanusiakan manusia. Setiap individu memiliki hak yang sama dalam pendidikan tanpa memandang kedudukan ataupun latar belakang. Gagasan Ki Hadjar Dewantara ini, dapat di implementasikan pada pendidikan abad 21 seperti sekarang. Pendidikan abad 21 menekankan pada pemberdayaan individu untuk menjadi lebih mandiri, kreatif, dan kritis secara pikiran. Sistem pendidikan berupaya menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk bertanya, berpikir kritis, dan mencari solusi atas permasalahan kompleks. Metode pembelajaran abad 21 merupakan metode yang berpusat pada peserta didik (student centered approach). Dalam hal ini, peserta didik menjadi manusia yang lebih merdeka dalam belajar bukan sekadar menerima pengetahuan, tetapi juga memberikan ruang bagi eksplorasi, pengembangan potensi, minat, bakat, keterampilan, serta penanaman nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran juga tidak ditentukan oleh selera guru, tetapi mempertimbangkan keberadaan dan perbedaan karakteristik peserta didik. Peran pendidik di sini hanya menjadi fasilitator untuk membantu dan menuntun peserta didik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pembelajaran yang dapat di implementasikan pada abad 21 ini yakni Kurikulum Merdeka. Karakteristik yang ditawarkan pada kurikulum ini yakni pembelajaran yang mengedepankan teknologi dan pembelajaran yang berdiferensiasi. Kurikulum Merdeka dapat dikatakan sebagai kurikulum yang terbaru juga mencakup aspek keilmuan dan kebudayaan. Kurikulum yang diterapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas mengaitkan dengan program profil pelajar Pancasila. Dalam hal ini, pendidikan pada Kurikulum Merdeka telah menerapkan enam karakteristik utama, meliputi: (1) beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan beraklak mulia; (2) berkebhinekaan global; (3) gotong royong; (4) mandiri; (5) bernalar kritis; (6) kreatif.

Model pembelajaran yang coco*k diterapkan saat ini yakni model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan peserta didik di kelas. Peserta didik sebagai pebelajar diberi kebebasan untuk mencari, menentukan, dan mengeskplorasi ilmu pengetahuan. Penerapan ini berfungsi sebagai melepas belenggu pendidikan. Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas yaitu, Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Based Learning, dan Projet Based Learning. Discovery Learning merupakan pembelajaran yang menyalurkan keaktifan dan kreativitas dengan menemukan dan menganalisis secara mandiri. Inquiry Learning, pembelajaran yang mendominasi eksperimen dan menyimpulkan atas temuan dari berpikir kritis terhadap suatu konteks. Pembelajaran Problem Based Learning, menuntun peserta didik dalam mengenal dan bekerja sama dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. Model tersebut berbeda dengan Project Based Learning, yang menerapkan peserta didik aktif dalam pemecahan masalah yang akhirnya menghasilkan sebuah karya dan menjadikan pengalaman baru bagi peserta didik. Model-model pembelajaran tersebut dapat membantu menghapus belenggu pada pendidikan di Indonesia.

Mohon tunggu...


Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

Beri Komentar

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

` } }) document.querySelector('.video-box-thumb').innerHTML = html_video_rec_thumb; } } } let description = document.querySelector('meta[name="description"]').content let keywords = document.querySelector('meta[name="content_tags"]').content let title = document.getElementsByTagName("title")[0].textContent; let data = { "title": title, "description": description, "keywords": keywords, "page_id": "66272590de948f4c9910a9e3", "current_url": "https://www.kompasiana.com/anggrainimaulidiana8777/66272590de948f4c9910a9e3/perjalanan-pendidikan-indonesia-yang-memerdekakan", } let data_kgnow_token = { "url": "https://apis.kompas.com/api/widget/video", "Authorization": "Bearer eyJpdiI6ImhyUXB1T0dKZnJabExYbzk5SlNTMkE9PSIsInZhbHVlIjoieUZ1NlVvVDUxOHRNQ2Z2bTE2ejBoZz09IiwibWFjIjoiYWZiYzQzNTk1NTFmODMxY2IyZTBmY2E4ODYyNWQ0YjU5N2VkOTgzNmVlNjU5ZmQ4MmI1YWJmZjU2Nzg4NGVhOSJ9", } rvJixie.open("POST", "https://apis.kompas.com/api/widget/video", true); rvJixie.setRequestHeader('Authorization', data_kgnow_token.Authorization); rvJixie.setRequestHeader('Content-Type', 'application/json'); rvJixie.send(JSON.stringify(data)); } getVideo(); function dateFormatJixie(value) { const monthText = ['Januari', 'Februari', 'Maret', 'April', 'Mei', 'Juni', 'Juli', 'Agustus', 'September', 'Oktober', 'November', 'Desember']; if (value) { const dateJixie = new Date(value); return dateJixie.getDate() + ' ' + monthText[dateJixie.getMonth()] + ' ' + dateJixie.getFullYear(); } else { return ""; } } function timeFormatJixie(value) { if (value) { const timeJixie = value.split(':'); if (timeJixie[0] == '00') { return timeJixie[1] + ':' + timeJixie[2]; } else { return value; } } else { return ""; } } function timeSince (value) { console.log("sini",value) if (typeof value !== 'object') { date = new Date(value); } var seconds = Math.floor((new Date() - date) / 1000); var intervalType; var interval = Math.floor(seconds / 31536000); if (interval >= 1) { intervalType = 'tahun yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 2592000); if (interval >= 1) { intervalType = 'bulan yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 86400); if (interval >= 1) { intervalType = 'hari yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 3600); if (interval >= 1) { intervalType = "jam yang lalu"; } else { interval = Math.floor(seconds / 60); if (interval >= 1) { intervalType = "menit yang lalu"; } else { interval = seconds; intervalType = "detik yang lalu"; } } } } } return interval + ' ' + intervalType; }

Perjalanan Pendidikan Indonesia yang Memerdekakan (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Van Hayes

Last Updated:

Views: 5785

Rating: 4.6 / 5 (66 voted)

Reviews: 81% of readers found this page helpful

Author information

Name: Van Hayes

Birthday: 1994-06-07

Address: 2004 Kling Rapid, New Destiny, MT 64658-2367

Phone: +512425013758

Job: National Farming Director

Hobby: Reading, Polo, Genealogy, amateur radio, Scouting, Stand-up comedy, Cryptography

Introduction: My name is Van Hayes, I am a thankful, friendly, smiling, calm, powerful, fine, enthusiastic person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.